Kehidupan Modern Pada Awal Masehi

By :  Fanya

Jika kita cermati tata kehidupan penduduk kota Pompeii dan Herculaneum 2000 tahun yang lalu, sungguh keliru jika kita mengira kehidupan masyarakat yang musnah pada tahun 79 M akibat letusan gunung Vesuvius  itu terbelakang atau kuno. Berdasarkan temuan dan penelitian para arkeolog dari sisa-sisa peninggalan sejarah yang terawat baik hingga saat ini, terbukti bahwa gaya hidup masyarakat Pompeii saat itu sama sekali jauh dari kuno,  sangat mirip dengan gaya hidup masyarakat saat ini, bahkan boleh jadi justru lebih glamour, hedonis, berani dan liberal.

Sekedar untuk dijadikan bahan renungan, berikut disampaikan beberapa foto mengenai gambaran kehidupan masyarakat pada masa itu yang secara menakjubkan berhasil ditemukan dalam keadaan utuh dari balik timbunan lahar beku gunung Vesuvius yang mengubur seketika kota Pompeii dan Herculaneum, 2 kota modern di awal Masehi, berikut seluruh penghuninya selama lebih dari 20 abad.

 The Forum, dengan latar belakang gunung Vesuvius

Sisa-sisa peninggalan kota Pompeii dan Herculaneum yang “diabadikan” lahar gunung Vesuvius dan menguburnya selama 20 abad membuktikan bahwa tatanan kehidupan masyarakat Pompeii di tahun 79 M itu tak ada bedanya dengan gaya hidup saat ini yang sarat dengan menjamurnya tempat-tempat hiburan  umum seperti spa, rumah bordil, café, hiburan malam, rumah judi dan berbagai pertunjukan adu ketangkasan di Amphitheater (gladiator, rodeo binatang buas dll).

Nama asli Colosseum adalah Amfiteatrum Flavium.  Colosseum ini dibangun oleh kaisar Vespasiano dan diresmikan pada 80 M.  Pada masa itu Colosseum tsb merupakan arena “Naumachie”  pertempuran militer, “Munera” – adu budak belian, dan “Venationes” adu/perburuan binatang buas liar. Colosseum ini mampu menampung hingga 87,000 orang.  Kemajuan teknologi, seni, budaya dan gaya hidup penduduk Pompeii dan Herculaneum masa itu tak kalah dibanding masyarakat sekarang.

Lebih dari itu, gaya hidup liberal yang berlindung dibalik slogan hak azasi manusia yang diikuti dengan diberlakukannya undang-undang yang melegalisir prostitusi, heterosexual, homosexual dan sex bebas, telah mengkultuskan organ kelamin pria dan mengabadikannya dalam bentuk monumen serta menjadikanya sebagai tanda petunjuk arah (sekarang memakai gambar anak panah) di seluruh pelosok negeri.

Toilet sebuah brothel (rumah pelacuran) kelas atas di kota Pompeii

Toilet sebuah brothel (rumah pelacuran) kelas atas di kota Pompeii

Beberapa lukisan dinding yang banyak menghiasi rumah-rumah pelacuran dan kamar-kamar pribadi kalangan atas Pomeii, memvisualisasikan betapa bebasnya kehidupan sexual masyarakat Pompeii. Hubungan sex bebas  sesama pria, sesama wanita, dan heteroseksual merupakan perbuatan lumrah yang dilindungi undang-undang yang menempatkan status sosial pekerja sex komersil lebih terhormat dibanding peminta-minta, apalagi dibanding budak belian.

Mozaik adegan-adegan sexual

Lukisan yang menggambarkan “keperkasaan”  organ seksual pria yang disejajarkan dengan organ vital kuda

Sebagian masyarakat Indonesia saat ini, disadari atau tidak, juga semakin terobsesi pada gaya hidup kaum liberal. Kehidupan sebagian masyarakat Indonesia dari hari ke hari semakin liberal mengadopsi gaya hidup masyarakat Barat yang berkiblat pada gaya hidup masyarakat Pompeii 2000 tahun y.l.

Kepentingan individu dan kepentingan kelompok sering dijadikan justifikasi untuk menghalalkan segala cara guna mencapainya. Tak sedikit tokoh masyarakat dari berbagai kalangan dengan dukungan berbagai organisasi masyarakat lantang menuntut kebebasan dalam berbagai aspek dengan dalih menegakkan hak azasi manusia dan pluralisme.

Yang patut diwaspadai adalah,  sejarah membuktikan bahwa Pompeii dan Herculaneum terbukti berakhir tragis sebagaimana dialami umat Nabi Luth dan umat Nabi Nuh as yang kesemuanya musnah dilanda bencana.

Kepunahan Pompeii, lahiriahnya memang terjadi akibat letusan gunung Vesuvius, umat nabi Luth oleh gempa bumi dan umat Nabi Nuh oleh banjir. Tapi pada hakekatnya, semua itu tak lepas dari kemurkaan Allah swt atas perbuatan mahlukNya yang ingkar dan  kembali menjalani gaya hidup LIBERAL, tidak beriman pada-Nya bahkan dengan arogan mengatakan bahwa perintah dan aturan Tuhan adalah kekangan, tidak adil dan  melanggar hak azasi  manusia.

Memperhatikan terjadinya berbagai bencana di tanah air, Allah swt mungkin sedang memberikan peringatan “kecil-kecilan” kepada bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam dengan “sentilan-sentilan” yang berupa bencana air (tsunami, banjir, kemarau) sebagaimana dialami umat nabi Nuh as, bencana angin (badai, topan), gunung berapi dan tanah (gempa bumi, longsor) seperti umat nabi Luth, juga bencana penyakit (dbd, flu burung, chikungunya, campak dll) sebagaimana dialami umat Fir’aun.

Mudah-mudahan fakta-fakta diatas mampu menggugah hati kita semua untuk senantiasa konsisten di jalan Tuhan, hingga tak perlu mengalami nasib seperti penduduk Pompeii dan Herculaneum…. semoga!