Banyak yang menganggap aku suka mempertentangkan agama. Sebenarnya aku terlahir dari orang tua muslim dan keluarga tak pernah membatasi pergaulanku dengan teman berbeda agama. Ucapan natal pun juga tak tabu di lontarkan, baik lewat sms ataupun bertemu langsung. Pembatasan jarak antar umat beragama baru saya rasakan ketika memasuki kuliah semester pertama. Saya ingat saat mengikuti ospek, pada jam shalat zuhur yang berjilbab lebih didahulukan ketika berwudhu dan yang tak berjilbab di haruskan menunggu sampai peserta yang berjilbab selesai wudhu. Setelah itu barulah yang tak berjilbab di perkenankan berwudhu.
Sebenarnya tak hanya saat akan shalat saja yang tidak berjilbab di belakangkan. Tapi juga untuk hukuman, yang tak berjilbab dapat hukuman lebih keras daripada yang berjilbab. Alasan kakak tingkat sangat simple. Yaitu karena yang berjilbab dianggap lebih taat dalam ibadah. Saya juga ingat ketika mengikuti kuliah agama, di mana saat itu mentornya adalah mbak A**i dari organisasi HMI. Mbak A**i bercerita bahwa mengucapkan selamat natal adalah haram karena artinya sama saja kita ikut merayakan. Kami yang sepuluh orang mendengarkan penjelasan itu hanya diam. Dan juga himbauan mbak A**i untuk tidak berteman dengan non muslim. Karena mbak A**i sendiri juga sudah memutuskan sahabatnya yang kristen.
Tapi tentu saja kami tidak mengikuti himbauan tersebut, meski kota Samarinda adalah mayoritas muslim tak tebersit dalam hati untuk melakukan itu. Walau bagaimana pun, kami masih punya rasa kemanusiaan. Dan sekilas tentang HMI, sebenarnya HMI adalah Himpunan Mahasiswa Islam yaitu organisasi kemahasiswaan yang ada di Universitas. Di situ pun tak ada dosen agama atau ustad untuk membimbing mahasiswa mendalami Islam.
Banyak orang salah kaprah dalam memahami Islam dan parahnya umat agama lain lebih mempercayai pengikut Islam yang tidak toleran daripada pengikut Islam yang toleran. Sebenarnya aku tak melarang siapapun untuk memasuki agama manapun. Tapi yang membuat aku kecewa adalah tipikal orang-orang yang punya niat, si A dimasukkan dalam agama Kristen dengan cara menjelekkan nabi Muhammad.
Saya berpikir, sudah kehabisan bahankah dalam pewartaan Injil sehingga memperkenalkan ajaran Kristen dengan menjelekkan Islam. Apa inikah yang di ajarkan Yesus untuk menambah dombanya? Kalau kristen benar, sudah seharusnya mereka memperkenalkan isi ajaran kristen bukan dengan menghujat Islam dan nabinya supaya murtad.
Kalau sudah begitu, mereka beralasan hanya ingin bertanya. Sebenarnya banyak muslim yang sudah tahu kalau mereka bukan mau bertanya tapi hanya menghujat. Bang Wedul pun juga tahu akan hal itu, karena pertanyaan seperti itu sudah sering di tanyakan dan banyak literatur yang menjawab. Namun ujung-ujungnya setelah di jawab pun mereka tetap menghujat.
Seperti soal dimana ayat Qur’an yang menyebut nabi Muhammad sudah di sunat. Jujur, saya malas menjawab pertanyaan ini karena saya tahu akhir endingnya akan seperti apa. Semua muslim tahu perbedaan Qur’an dan Hadis, dan kristen selalu mencari pembenaran atas pertanyaannya. Mau di jawab sampai kapanpun, mereka tidak akan mau menerima jawabannya. Ini membuat saya enggan berdebat dengan orang-orang yang selalu mencari pembenaran ataupun selalu mengalihkan topik dengan pura-pura bego. Atau mungkin dia memang bego? Namun teman kristennya selalu memuji-muji, karena dianggap pintar. Ah, kalau pintar, kenapa harus pasang moderasi, main edit dan hapus? Biarkan saja komen itu apa adanya, kalau tak bisa jawab sebenarnya kami maklum saja.
Sebenarnya aku tak mengerti kenapa mereka yang bukan muslim sangat membenci nabi Muhammad. Sementara Indonesia adalah pengikut terbesar agama Islam di dunia. Masalah poligami dan peperangan yang terjadi semasa hidup nabi Muhammad, sudah sedari dulu hal ini di pertanyakan dan sudah dari dulu pula banyak yang menjawab.
Kami yang muslim juga tahu sejarah kehidupan nabi Muhammad. Jadi salah besar, kalau di bilang kami tak tahu Islam. Justru yang bukan Islam memaksakan bahwa Islam yang benar adalah seperti yang di lakukan Nurdin M Top dkk.
Saya tak melarang siapapun memperkenalkan ajaran Kristen yang di sebut kasih itu. Tapi lebih baik diperkenalkan dengan kitab Injil mereka sendiri, bukan dengan mencari kelemahan Islam.
Ada yang berkata, untuk sembuh dari penyakit maka obat yang di minum harus bertahap. Tidak ada obat instan yang langsung menyembuhkan penyakit dengan seketika. Mirip dengan konsep jika percaya Yesus adalah Tuhan maka langsung masuk surga. Sementara agama yang benar tentu akan menyuruh berbuat kebaikan secara bertahap dan lebih banyak supaya masuk surga.